Sunday, April 24, 2011

J.K Rowling, my top list favorite author :D pt.2

Karierku sebagai Penulis
Kapan ide kisah Harry Potter muncul pertama kali di benakmu?

Kekasihku pindah ke Manchester dan ingin agar aku ikut pindah. Selama perjalanan balik dar Manchester ke London, setelah akhir pekan yang kami habiskan untuk mencari flat, Harry Potter menampilkan diri. Tak pernah aku merasakan gejolak kegembiraan yang begitu menakjubkan. Segera aku tahu bahwa pasti asyik menulis kisah ini. Saat itu aku tidak tahu bahwa kisahnya akan menjadi buku anak-anak -- yang kutahu hanyalah aku memiliki tokoh anak laki-laki bernama Harry. Selama perjalanan itu aku juga menciptakan tokoh Roh, Nic si Kepala Nyaris-Putus, Hagrid, dan Peeves si Hantu Jail. Tapi sementarsa ide besar itu berpusar-pusar di benakku, aku tak punya pulpen yang berfungsi baik! Padahal aku tak pernah pergi ke mana pun tanpa membawa pulpen dan notes. Jadi darpada mencoba menuliskannya, aku harus memikirkannya. Dan menurutku materi ini bagus sekali. Aku diserbu oleh gerombolan besar detail, dan seandainya tidak bertahan sampai akhir perjalanan, mungkin berarti dateil itu memang tidak layak diingat.
 


Pertama, aku memusatkan perhatian pada Sekolah Sihir Hogwarts. Aku membayangkan tempat dengan tata tertib ketat, tapi amat berbahaya, dengan anak-anak yang memiliki kemampuan yang bisa melebihi kemampuan para guru mereka. Bagusnya tempat itu berada di daerah terpencil, dan segera aku menetapkan Skotlandia dalam pikiranku. Kurasa itu merupakan penghormatan bawah sadar terhadapt tempat orangtuaku menikah. Orang-orang bilang mereka tahu kastil apa yang kujadikan sebagai dasar Hogwarts -- tapi itu tidak benar. Aku tak pernah melihat kastil di mana pun yang mirip Hogwarts dalam bayanganku.

Maka aku kembali ke flat malam itu dan mulai menuliskan semuanya dalam notes kecil murahan. Aku menulis daftar mata pelajaran utama yang harus dipelajari di sekolah itu -- aku tahu jumlahnya tujuh. Yang pertama-tama muncul adalah para tokohnya, selanjutnya aku mesti menciptakan nama-nama untuk disesuaikan dengan masing-masing tokoh. Kita ambil contoh Gilderoy Lockhart. Aku tahu namanya harus punya kesan kuat. Aku memeriksa Dictionary of Phrase and Fable -- kamus ini sumber yang bagus untuk mencari nama-nama -- dan menemukan nama Gilderoy, polisi patroli jalan raya yang tampan berkebangsaan Skotlandia. Tepat sekali dengan yang kumau. Berikutnya aku menemukan Lockhart pada tugu peringatan Perang Dunia I. Gabungan kedua nama itu menyatakan semua hal yang ingin kugambarkan dalam tokoh itu.

Dapatkah kau menggambarkan proses menciptakan cerita?
Ini berkaitan dengan menemukan alasan mengapa Harry berada di sekolah sihir itu, mengapa orangtuanya meninggal. Aku memang mereka-rekanya, tapi rasanya seperti melakukan riset. Pada akhir perjalanan kereta itu, aku tahu kisahnya akan terbagi atas tujuh buku berseri. Memang kedengarannya sombong banget bagi orang yang satu pun bukunya tak pernah diterbitkan, tapi itulah yang terjadi padaku. Butuh waktu lima tahun untuk merencanakan serial ini, untuk mereka-reka jalan cerita masing-masing dari ketujuh buku tersebut. Aku tahu kapan atau peristiwa apa yang akan terjadi atau siapa yang akan muncul, dan rasanya seperti menyambut teman-teman lama. Profesor Lupin, yang muncul di buku ketiga, adalah salah satu tokoh kesukaanku. Lupin manusia cacat, baik secara harafiah maupun kiasan. Menurutku penting bagi anak-anak untuk mengetahui bahwa orang dewasa pun punya masalah, dan bahwa mereka pun berjuang untuk mengatasinya. Perubahan wujudnya menjadi manusia serigala merupakan kiasan terhadap reaksi manusia dalam menghadapi rasa sakit dan ketidakmampuan.

Aku hampir selalu mempunyai latar belakang lengkap setiap tokohku. Seandainya aku menuliskan semua perincian itu dalam setiap buku, bisa-bisa ukurannya membengkak jadi setebal Encyclopaedia Britannica, namun aku mesti hati-hati sebab aku tidak mau pembaca tahu sama banyak seperti diriku. Misalnya Sirius Black. Aku punya seluruh kisah masa kecilnya. Pembaca tak perlu tahu tapi aku jelas harus tahu. Aku harus tahu lebih banyak daripada pembaca sebab akulah yang menggerakkan para tokoh dalam cerita.

Aku menciptakan permainan Quidditch setelah bertengkar dengan kekasihku yang tinggal bersamaku di Manchester. Aku menghambur keluar rumah, menuju pub -- dan menciptakan Quidditch.

- END -



0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...