Wednesday, April 20, 2011

J.K Rowling, my top list favorite author :D pt.1

J.K Rowling alias Joanne Kathleen Rowling adalah penulis buku serial yang sangat populer dan fenomenal, yang bercerita tentang penyihir cilik bernama Harry Potter. Lahir di Chipping Sodbury di dekat Bristol, Inggris pada tanggal 31 Juli 1965.

Sulung dari dua bersaudara ini menggapai sukses lewat bukunya yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1997, yaitu Harry Potter and The Philosopher's Stone, dan menjadikannya ke puncak ketenaran. Kesuksesan ini berlanjut dengan buku kedua yang diluncurkan pada tahun 1998, yakni Harry Potter and The Chamber of Secret. Hingga saat ini J.K Rowling telah menulis tuntas serial dari Harry Potter sebanyak 7 seri, buku-bukunya sudah meraih penghargaan dari seluruh dunia. Serial Harry Potter telah diterjemahkan ke dalam 65 bahasa, terjual lebih dari 350 juta eksemplar di 200 negara. Dan buku-buku tersebut telah diadaptasi ke layar lebar oleh Warner Bros, dan akan mencapai tahap akhir peluncuran filmnya pada bulan Juli mendatang.




Wawancara dengan J.K Rowling oleh Lindsey Fraser

Keluarga dan Masa Kecilku
Kau anak ke berapa dalam keluarga?
Aku anak sulung dari dua bersaudara, adikku bernama Diana alias Di.

Apakah buku dianggap penting dalam keluargamu?
Kedua orangtuaku gemar membaca. Ibuku bisa dibilang kutu buku kelas berat, yang paling membuatnya bahagia adalah ketika ia meringkuk sambil membaca. Kebiasaannya sangat mempengaruhiku. Ibuku berasal dari keluarga yang berprofesi sebagai guru dan kurasa ayahku juga mengikuti kebiasaannya.

Bagaimana dengan kakek-nenekmu?
Kakekku masing-masing bernama Ernie dan Stanley. Aku memakai nama-nama mereka untuk pengemudi dan kondektur Bus Ksatria yang menyelamatkan Harry di buku ketiga: Harry Potter and The Prisoner of Azkaban. Keduanya sangat baik.

Salah satu nenekku bernama Kathleen, yang juga merupakan nama tengahku. Aku memuja nenek Kathleen, dan kenanganku yang paling menyedihkan adalah ketika ia meninggal. Nenekku yang satu lagi suka sekali anjing, ia bahkan lebih suka anjing daripada manusia. Terus terang ia agak mirip dengan Bibi Marge -- itu lho, tokoh yang disihr oleh Harry menjadi balon raksasa dalam Harry Potter and The Prisoner of Azkaban.

Di mana kau lahir?
Aku lahir di Chipping Sodbury di dekat Bristol, Inggris, tanggal 31 Juli 1965. Aku sangat bangga pada kota itu! Kurasa aku ditakdirkan untuk menyukai tempat-tempat yang punya nama aneh. Sampai aku berusia 9 tahun, kami tinggal di, dan sekitar Bristol, kemudian kami pindah ke Tutshill, desa kecil di dekat Chepstow, Wales Selatan. Pemandangan utama kota itu adalah sebuah kastil yang berdiri di atas karang terjal, yang mungkin punya banyak arti bagi diriku.

Seperti apa tempat tinggalmu?
Rumah kami adalah sebuah pondok yang berdiri di sebelah gereja. Dulunya itu bangunan sekolah di desa. Semua teman kami bilang pasti menyeramkan tinggal di sebelah pemakaman, tapi kami menyukainya. Aku masih tetap menyukai pemakaman, tempat itu merupakan sumber nama-nama yang bagus. Kami tinggal di dekat Offa's Dyke di tepi sungai Wye, tempatnya memesona. Kami biasa menjelajah di antara batu-batu besar yang digerus arus air.

Masa Sekolahku
Seperti apa masa sekolahmu?
Sekolah desa di Tutshill mirip sekolah-sekolah kuno yang ada di buku-buku karya Charles Dickens -- sangat bertolak belakang dengan sekolah terbukaku yang dulu. Tempat duduk kami diatur sesuai tingkat kecerdasan kami di mata guru, dan setelah sepuluh menit ibu guru langsung menempatkan diriku di barisan murid-murid bodoh. Ada sejumlah orang yang mempengaruhi karakter Profesor Snape dalam bukuku, dan ibu guru itu sudah tentu salah satunya.

Sewaktu aku duduk di tahun kedua SMU, ada hal penting terjadi. Seorang anak laki-laki bernama Sean Harris masuk ke sekolah kami, sebelumnya ia bersekolah di Cyprus -- ayahnya bertugas di angkatan darat. Ia menjadi sahabat karibku -- Harry Potter and The Chamber of Secrets didedikasikan untuknya.

Sean punya Ford Anglia berwarna biru kehijauan yang bararti kebebasan bagiku. Bila kau tinggal di desa, kemampuan mengemudi amatlah penting. Jadi bisa kau pahami, aku tak bisa menulis bahwa yang memyelamatkan Harry dan Ron Weasley dan mengantar mereka ke Hogwarts hanyalah maobil tua sembarangan -- mobil itu harus Ford Anglia berwarna biru kehijauan. Ron Weasley bukan gambaran hidup sosok Sean, tapi ia memang sangat mirip Sean.

Seperti apa dirimu ketika masih anak-anak?
Menurutku aku anak yang tidak percaya diri, sering gelisah dan khawatir, tapi aku akan menutupinya dan tampil penuh percaya diri. Saat berusia 11 atau 12, aku mungkin merasa agak mirip Hermione. Aku selalu merasa diriku harus berprestasi, aku harus jadi yang pertama mengangkat tangan di kelas, aku harus selalu benar. Mungkin itu karena aku merasa kurang menonjol dibandingkan adikku. Mungkin aku merasa harus mengimbanginya.
 
Aku lebih santai begitu beranjak dewasa, dan itu bagus walaupun aku masih -- sekarang pun masih -- jadi orang yang gampang khawatir. Aku amat beruntung memiliki kawan-kawan baik. Persahabatan dengan mereka sangat penting terutama dalam masa remajaku, ketika ibuku jatuh sakit dan menderita multiple sclerosis -- gangguan pada otak atau tulang belakang yang bisa menyebabkan tremor atau kelumpuhan. Setiap orang yang keluarganya pernah mengalami hal ini akan tahu betapa besar dampaknya dan betapa berat stres yang mengiringi. Peranan teman-teman bahkan menjadi lebih penting lagi, mereka merupakan tempat untuk bicara, untuk berbagi rahasia.

Jenis musik apa yang kau sukai?
Aku menyukai berbagai jenis musik, aku masih mendengarkan musik-musik yang aku gemari ketika aku berusia 17. Kedua orangtuaku tidak tertarik pada musik klasik, mereka menggemari The Beatles dan grup-grup musik tahun 60-an lainnya, dan aku pun demikian. Aku dulu bermain gitar akustik dan berkhayal memainkan gitar elektrik sendirian. Aku masih menyukai The Beatles. Kelompok musik favoritku di seluruh dunia adalah The Smiths. Dan ketika aku beralih ke musik punk, aku menggemari The Clash.

Karierku
Apa yang kaulakukan setelah lulus sekolah?
Aku kuliah di Universitas Exeter selama empat tahun, termasuk setahun mengajar bahasa Inggris di Paris, itu masa-masa yang amat kusukai. Mulanya kuliah di Exeter agak membuatku shock. Aku berharap bisa bertemu orang-orang yang mirip diriku -- yang sama-sama punya pikiran-pikiran radikal. Kenyataannya tidak seperti itu. Akan tetapi, begitu aku berteman dengan orang-orang yang punya pikiran sama, aku mulai merasa senang. Walaupun rasanya aku tidak bekerja sekeras yang seharusnya.

Mengapa kau memilih belajar bahasa padahal kau sangat menggemari sastra Inggris?
Memang itu pilihan yang agak keliru. Aku jelas tidak mematuhi segala hal yang dikatakan orangtuaku, tapi rupanya aku dipengaruhi oleh keyakinan mereka bahwa keyakinan mereka bahwa keahlian berbahasa lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan. Aku tidak terlampau menyesalinya, tapi itu memang keputusan yang aneh untuk seseorang yang begitu menggebu ingin jadi penulis. Tentu saja itu tidak berarti aku punya keberanian untuk menggembar-gemborkan ambisiku pada semua orang.

Ke mana kau pergi setelah lulus kuliah?
Yah, ini malah kekeliruan yang lebih besar lagu. Aku berangkat ke London untuk mengikuti kursus sekretaris dwibahasa (kursus bagi para sekretaris yang bisa bicara lebih dari satu bahasa). Jenis pekerjaan itu betul-betul tidak cocok bagiku saat itu -- juga sekarang.

Tapi satu hal yang kupelajari sungguh-sungguh adalah kemampuan mengetik. Sekarang aku mengetik semua bukuku sendiri, jadi keahlian itu amat berguna. Aku mengetik lumayan cepat.

Ketika kursus itu selesai, yang kuinginkan hanyalah mendapatkan pekerjaan -- apa saja -- yang memberiku penghasilan agar aku bisa punya waktu menulis. Sebenarnya, aku mendapat pekerjaan di Amnesti International sebagai asisten riset bidang pelanggaran hak asasi manusia di Franchopine Afrika (kawasan di Afrika yang sebagian besar penduduknya berbahasa Prancis). Itu berarti aku bekerja bersama orang-orang yang berasal dari lebih 100 negara -- semua berada di bawah satu atap. Itu menjadikan lembaga tersebut tempat kerja yang amat sangat menarik, sekaligus bermanfaat. Bila aku tidak menulis penuh-waktu, sebaiknya waktuku memang dihabiskan untuk melakukan hal yang bermanfaat.

Aku tak yakin banyak orang yang bekerja di sana pada waktu itu masih ingat padaku, sebab saat makan siang, ketika mereka semua pergi ke pub, aku akan mencari-cari alasan dan bergegas ke kafe atau pub yang lain untuk menulis.Aku sedang mengerjakan novel dewasa. Saat itu aku berbagi flat, dan lagi-lagi untuk bisa menulis dengan tenang, aku akan menuju kafe-kafe di sekitar flat. Tempat-tempat itu ideal untuk menulis -- terutama bagi orang yang tidak mau mengungkapkan terang-terangan apa yang direncanakannya. Itulah awal kesukaanku menulis di kafe.

to be continued...



0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...