BAHASA YANG PAHIT INI
Aku kenal jalan-jalanmu, kota yang manis, Aku tahu semua iblis dan malaikat yang berkerumun dan bertengger di dahan-dahanmu bagai burung. Aku kenal kau, sungai, seakan kau mengalir menembus hatiku. Aku putrimu yang pejuang. Huruf-huruf dibuat dari tubuhmu seperti mata air terbuat dari air. Bahasa-bahasa tercipta denganmu sebagai cetak biru dan saat kita lafalkan kota itu bangkit. -- Elka Cloke.
Kutipan di atas, diambil dari pembukaan buku City of Ashes. Kemarin ini saya telah membuat review buku City of Bones, jadi hari ini saya lanjutkan dengan buku kedua dari serial The Mortal Instruments.
Sebelum membaca review ini, sebaiknya kalian sudah membaca buku City of Bones sebelumnya.
Judul: City Of Ashes (The Mortal Instruments #2)
Penulis: Cassandra Clare
Penerjemah: Meda Satrio
Penerbit: Ufuk Press (Ufuk Publishing House)
Tahun Terbit: Juli 2010
Tebal: 512 Halaman
Penulis: Cassandra Clare
Penerjemah: Meda Satrio
Penerbit: Ufuk Press (Ufuk Publishing House)
Tahun Terbit: Juli 2010
Tebal: 512 Halaman
Harga: 99.900 IDR
City of Ashes merupakan buku kedua dari rangkaian seri The Mortal Instruments. Kita kembali ke dalam lika-liku kisah petualangan Clary Fray yang ternyata merupakan putri dari Valentine Morgenstern. Kenyataan itu membuat hidup Clary
menjadi berbeda. Dalam waktu singkat ia harus menerima Valentine sebagai
ayah kandungnya, seorang pembunuh yang menculik ibunya, dan telah
menyengsarakan banyak kaum pemburu bayangan. Clary juga harus menerima
kenyataan bahwa ia telah jatuh cinta kepada Jace Wayland yang ternyata
adalah kakak kandungnya sendiri. Kisah cinta terlarang itu sungguh
memilukan, membuat saya sendiri hampir tidak bisa melanjutkan kisah yang
diungkapkan Cassandra Clare ini. Clary akhirnya tahu bahwa Luke tidak
pernah mengkhianati dia dan ibunya. Luke adalah manusia serigala yang
selama ini menemani Clary dan Jocelyn, dan membantu Jocelyn melindungi
Clary dari dunia bayangan. (baca kisah lengkapnya di buku City of Bones ya )