Sunday, January 6, 2013

City of Bones (The Mortal Instruments #1)

Hey everyone, long time no see. It's been a long time since my last post.

Hari ini saya mau review sedikit buku yang pernah saya baca dan merupakan salah satu buku favorit saya


Judul: City Of Bones (The Mortal Instruments #1)
Penulis: Cassandra Clare
Penerjemah: Melody Violine
Penerbit: Ufuk Press (Ufuk Publishing House)
Tahun Terbit: 2010
Tebal: 664 Halaman
Harga: 89.900 IDR

City of Bones adalah buku pertama dari seri The Mortal Instruments. Kisah ini dimulai dari Clary, yang berusia hampir 16 tahun, sedang mengantre untuk masuk ke Klub Pandemonium bersama sahabat baiknya Simon. Di sana Clary melihat sesuatu yang seharusnya tidak bisa dilihat oleh orang lain.

Clary bertemu dengan para Nephilim (Pemburu Bayangan), manusia setengah malaikat, yang sedang menjalankan tugas mereka memburu iblis di klub tersebut. Mereka adalah Jace, Isabelle, dan Alec. Clary, yang mengira melihat pembunuhan, segera memanggil Simon, tapi Simon tidak melihat ada siapa-siapa di ruangan itu selain Clary. Clary pun pergi bersama Simon dari klub itu dengan kebingungan. Clary tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya itu akan membawanya ke petualangan di dunia para Nephilim, dunia yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk mitos.

 Jace, salah satu dari Nephilim yang dilihat Clary malam sebelumnya memberi tahu Clary tentang hal-hal yang selama ini dikira Clary hanya dongeng atau legenda.Bahwa iblis memang ada, bahwa bahwa mahluk-mahluk menyeramkan yang muncul di buku-buku adalah nyata, dan tugas Nephilim adalah membasmi para iblis.
 
Masalah dimulai ketika mendadak ibu Clary, Jocelyn Frey, menghilang. Clary mendapati apartemen tempat ia tinggal bersama ibunya, diobrak abrik. Mendadak muncullah sesosok iblis Pembuas (iblis yang termasuk kuat) yang mengerikan di apartemen itu, hendak menyerang Clary. Entah bagaimana, Clary berhasil membunuh monster tersebut dengan cara menusukkan sensor pendeteksi iblis milik Jace ke tenggorokan si monster, namun monster itu sempat melukai Clary. Dalam keadaan terluka, Jace membawa Clary ke kediaman para Nephilim di New York yang disebut Institut, sebuah katedral bergaya gothic yang lokasinya tak tampak oleh mata manusia biasa (fana) sebab dilindungi oleh tudung pesona.

Di Institut, Clary bertemu dengan Hodge, mentor Jace, juga Isabelle dan Alec—dua anak muda lain yang bersama Jace pada malam ketika Clary melihat mereka membunuh iblis di Klub Pandemonium. Di Institut inilah Clary akhirnya mengetahui beberapa hal yang selama ini membuatnya bertanya-tanya, seperti mengapa dirinya bisa melihat iblis dan Nephilim, rahasia apa yang disimpan Jocelyn selama ini, dan siapa yang telah menculik Jocelyn.

Bersama dengan kawan-kawan barunya, Clary berusaha menemukan ibunya. Sedikit demi sedikit, Clary mulai mengetahui siapa dirinya, juga dunia yang selama ini ditinggalkannya. Dan apa yang didapati Clary sungguh di luar dugaan.

--------------------------------------------------

Pertama kali saya melihat buku ini, saya tidak terlalu tertarik, tetapi kemudian saya baca sinopsisnya dan merasa penasaran dengan ceritanya. Awal cerita, alurnya agak sedikit datar, jadi agak malas membacanya. Mulai di pertengahan, di mana konflik mulai bermunculan, mulai terasa ketegangan-ketegangannya. Saya sendiri merasa tidak bisa lepas dari membaca buku ini.

Memang tokoh-tokoh mitos yang dihadirkan sudah tidak asing bagi para pecinta buku fiksi seperti malaikat, iblis, warlock, vampir, manusia serigala, dan lain-lainnya. Tapi memiliki keunikan tersendiri dari penceritaannya dari sudut pandang saya. Seperti para vampir memiliki motor yang bisa dijalankan dengan tenaga iblis dan tidak boleh terkena sinar matahari. Inilah salah satu ide hebat yang dimiliki oleh Cassandra Clare, menciptakan kendaraan dengan tenaga iblis, yang merupakan kebalikan dari kendaraan yang bisa dijalankan dengan tenaga surya.

Dari awal hanya penasaran dengan ceritanya, saya mendapati diri saya tertarik begitu jauh ke dalam dunia The Mortal Instruments sehingga terus ingin membacanya dan menghabiskannya hingga halaman terakhir. Tidak sabar segera membaca kisah kelanjutannya. Saya sendiri telah membaca hingga seri kelimanya dari jumlah 7 seri yang direncanakan. Dan belum lagi ada prequelnya dari seri The Infernal Devices, walaupun saya baru membaca buku pertama dari seri 2 buku ini.

Sayang sekali, ceritanya cukup bagus, tapi tidak dibarengi dengan penyusunan kalimat yang baik dari si penerjemah. Sering kali ditemukan kesalahan typo, hingga mengurangi kenyamanan dalam membacanya.

Dari segi cerita saya akan memberikan 4/5 bintang, tapi dari segi keseluruhan, saya hanya memberikan 3/5 bintang karena masalah typo .

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...